Abaikan perut onepack di atas. :v
Ini adalah perjalanan super duper wow yang pernah gue jalani selama berdomisili di Kalimantan Selatan, bahkan lebih aduhai ketimbang ke Bukit Kudai. Why? Karena perjalanan yang ditempuh tak semudah mencintai dirimu. Wkwkwk. Njiir. Oke serius. Trak untuk menuju ke air terjun satu ini memerlukan sejuta perhatian dan kewaspadaan dan tenaga ekstra dan bensin full. Gue lupa kapan, tapi saat itu kami para Semvakers dan rombongan tambahan memilih air terjun yang konon kalau nggak salah sudah pernah dikunjungi oleh tim MTMA T7. Kalau ndak salah yo.
Sebut saja Gue, Zainal, Anita, Bayu, Imam, Imeh, Zaimy, temen Zaimy, dan abang penunjuk jalan. Kami berangkat lumayan pagi dari Banjarmasin menuju ke Loksado. Air Terjun Tinggiran Hayam berada di dewa Kamawakan. Lokasinya bener-bener pedalaman dah.
Disini gue gak bakal berbagi rutenya, karena susah untuk dijelasin. Oke, yang jelas setelah masuk ke desa Kamawakan, kalian bakal nemu pemukiman penduduk yang masih kental akan adat nenek moyang. Bahkan bahasa Banjar yang mereka gunakan mungkin masih agak berbeda dengan bahasa Banjar modern. Akses jalan dari desa Kamawakan sendiri terbilang ekstra ngeri. Naik turun sempit samping jurang licin berlubang. Et dah.
Karena memang hari sudah siang, kami memutuskan untuk membawa kendaraan aja ketimbang jalan kaki. Memang kentara nggak jauh, tapi traknya yang susah itu yang bikin merasa jauh.
Di setengah perjalanan, kami memarkir kendaraan dan memutuskan untuk jalan kaki saja karena memang jalannya semakin sulit.
Perjalanan kaki ditempuh sekitar 30 menit lebih, dengan jalanan licin dan tanjakan yang memuncak. Sampai-sampai si Anita dan Imeh kecapekan ngajak balik. Wkwk. Maklum mereka kan girl. :v
Dan setelah menelusur telusur, masuk hutan nyebrang kali, kami sampai juga di nih air terjun.
Dan setelah menelusur telusur, masuk hutan nyebrang kali, kami sampai juga di nih air terjun.
Air Terjun ini memiliki ketinggian yang lumayan, sekitar 150 meter. Airnya dingin super dan jernih. Di tengahnya lumayan dalam. Namun kita bisa mendekat ke tepat di bawah gerojokan air karena disitu ada batu. Juga bisa naik ke samping air terjun. Karena saking dinginnya, kedua kaki gue kram, sumpah sakit banget sampai gak bisa jalan, bahkan 2 minggu pun rasa kramnya masih kerasa. Untung saja gue udah menepi. Gak habis pikir kalau saja kram pas di tengah.
Kesannya? Keren banget. Gak nyangka bisa jalan-jalan sampai ke pedalaman KalSel. Seru dan seram namun asyik. Rasanya gue kapok ke air terjun, takut kumat kram.
Nah, buat kalian yang pengen lihat rute lengkapnya, silakan cek disini : ZainalHakimMSC.
Created by: @bokuwarizal
Camera by: @bokuwarizal, @bayubeken @whoisimam
Thank's to: Allah SWT, penduduk desa Kamawakan.
Copyright 2016
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon